Minggu, 02 April 2017

Intropeksi Diri

Bismillah.  Terimakasih masih bisa menggoreskan tulisan.  Weekend ini badmood.  Biasalah masalah hati suka naik turun moodynya.  .Akhirnya merenung,  menyendiri dan berpikir.  Mencermati apa yang sedang terjadi pada hati.  Kenapa hati? Sebegitu sensitifnya kamu hingga merasa merana seperti ini.  Pikirkanlah yang positif.  Jangan kamu rasakan secara dalam apa yang tak cukup enak kamu rasa.  Kenapa dengan hatimu? Adakah banyak yang engkau pikirkan.  Hingga sesuatu yang kecil membuatmu diam. Berhentilah!!  Tak perlu kekanakan seperti ini. Jika ada banyak yang membebanimu minta lah pertolongan Allah.  Sembunyikan,  biarkan hanya hatimu dan yang Maha Tahu saja yang mengerti.  Semoga semuanya segera ada Akhir yang baik.menjadi orang yang bermanfaat.  Jodoh yang sedang didoakan segera datang dan SK mengajar keluar santun.Inget pesen ibu,  tak akan selamanya keadaan kita akan seperti ini. Akan ada hasil dari perjuangan kita  . Sabar serahkan pada yang Maha Kaya dan Maha Berkehendak. Inshaa Allah impian dan doamu untukk membahagiakan orang tua sesegera mungkin dikabulkan Allah aamiin.  Layaknya gerbong yang melintasi terowongan gelap, sunyi., menakutkan,  serem, dan panjang pasti akan ada ujungnya. Hanya doalah senjata paling ampuh. Dan kesabaran laah kekuatan paling penting.  Semoga Allah SWT Lillah aamiin Allahumma Aamiin

Minggu, 19 Februari 2017

Aku ingin mengikhlaskannya

20 Februari 2017

It is about my heart. Ada perasaan yang sangat aneh.  Bahkan aku sendiri tak memahaminya.  Ya Allah aku tahu takdirku sudah Engkau tetapkan diLauhul mahfudzMu. tentang rezeki, jodoh dan maut. Salah satu rahasiaMu adalah jodoh. ya Allah wahai Dzat yang Maha membolak balikkan hati tetapkanlah hatiku pada seseorang yang Engkau takdirkan untukku. Ya Allah hamba hanya manusia biasa yang tak tahu benar atau tidaknya rasa pada hati.  Jika yang ada dihati saat ini salah maka palingkanlah aku atas semua rasa ini ya Allah. Ikhlaskan hatiku untuk bisa menerima semua ini ya Allah. Bantu hamba untuk mengikhlaskannya ya Allah.  meskipun rasa yang ada sulit untuk dihapus tapi aku percaya ya Allah atas kuasaMu semua akan baik-baik saja. Ya Allah, Engkau mengeyahui apa yang tak aku ketahui. Jika dia yang selalu ku sebut dalam doaku bukanlah takdirku, maka dengan ilmuMu ya Allah gerakkan hatiku pada apa yang menjadi takdirku.
Dan hari ini aku mulai paham. Apa yang aku inginkan ternyata tak menginginkanku. Ya Allah bantu hamba mengikhlaskanNya
 Mungkin ini adalah jabawan dari setiap doaku. Ini petunjuk darimu agar hamba memahami maksud yang sebenarnya. Mungkin ada yang terbaik untuk hamba yang akan Engkau hadirkan pada waktu terbaiknya.

Aku mengikhlaskanmu. Membiarkanmu memilih jalan hidupmu. Terima kasih atas rasa pada hati yang telah kau ajarkan. Meski kita tak pernah saling tahu..dalam doaku aku selalu menyebutmu yang menjadi bagian dari doaku. Aku tahu kamu orang baik, tapi mungkin kamu bukan orang yang terbaik yang akan Allah kirimkan pada ku dimasa depanku.
Terima kasih yang tulus atas rasa ini. You are special for me thank you so much. I will always pray for you . I hope you have to be happines. I believe you are good man. Meski engkau tak bersamaku tapi aku bangga padamu.

Semoga bisa terus belajar ikhlas..amiin.



Belajar Mensyukuri Nikmat Allah SWT

20 Februari 2017

Alhamdulillah puji syukur atas nikmat Allah saya diberikan kesempatan
Untuk bisa menulis kembali  di blog ini.  Semoga Sepenggal cerita ini bisa bermanfaat.
Sudah dua tahun ternyata saya tidak menggoreskan sedikit cerita. Tepatnya swtelah saya diwisuda 2015 lalu. Semoga perjalanan waktu bisa diabadikan lewat tulisan ini. Desember 2015 ,masih jelas terbayang diingatan kebahagian atas wisuda saya yang sebelumnya ada sedikit teguran dari Allah. Beranjak ke 2016 yang merupakan titik awal sebuah perjuangan dalam hidup. Ditahun ini ada bentuk tanggung jawab yang lain pada diri saya, hidup saya dan keluarga saya. Mungkin ini yang disebut proses pendewasaan dalam diri. Impian yang selama ini ingin dicapai ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada proses, ada perjuangan, ada ujian, ada doa yang diikuti dengan rasa tawakkal pada ketentuan Allah SWT. Saat memulai perjuangan itu ada perasaan yang sangat lemah. Ada perasaan yang ingin berpasrah. Tapi Allah hadirkan orang-orang yang luar biasa ditengah hempitan perasaan itu. Oeang yang selalu mengingatkan arti perjuangan. Sampai pada suatu titik saya diberi Allah petunjuk. Saya sadar bahwa diri ini hanyalah hamba yang begitu lemah. Tetapi tidak karena lemah kita harus berpasrah. Allah kasih kita ujian karena kita mampu, karena Allah ingin kita dekat denganNya. Setiap apa yang menjadi keinginan Kita dapat terkabul dengan mudah ini menandakan bahwa Allah lebih berkuasa pada hambaNya. Kita hanya perlu berikhtiar pada jalan yang benar. Tidak semua rejeki itu ternilai oleh materi, saya baru menyadarinya. Waktu yang Allah berikan adalah bentuk rejeki lain untuk kita supaya kita mengingatNya. Bukankah Allah itu sesuai prasangka hambaNya. Itu adalah awal saya mulai berbenah pada diri untuk menghambakan diri padaNya. Mungkin saat yang lalu saya terlena dan kufur pada setiap nikmatNya. Dan dibalik nikmat waktu saya merasakan kebesaran dan janji Allah SWT. Semua atas pertolonganNya..hingga saya bisa disini. Belajar untuk menjadi orang yang bermanfaat. Terus belajar agar bertambah ilmu yang berkah..ya Allah terimakasih atas nikmatMu. Aku yang babyak salah tapi Engkau masih begitu sayang padaku. Ya Allah..semoga aku bisa menjadi orang yang berguna bagi agamaku, orang banyak, keluarga bangsa dan negara. Smoga aku bisa meringankan orang lain. Semoga aku selaliu pada jalan yang Engkau Ridhoi ya Allah Aaamiin.

Sabtu, 09 April 2016

16-1-2015
Ditahun yang baru dengan segudang harapan

Memang sudah kodrat sifat manusia yang memiliki banyak keinginan. Keinginan apa saja, boleh dari karier, masa depan, cita-cita, impian dan sebagainya. Tidak masalah selama itu masih dalam hal yang wajar. 
Syukurku atas setiap nikmatMu ya Robbi,

Alhamdulillahirobbil'alamin. Setelah lama tak menuliskan goresan ceritaku disini, akhirnya aku kembali ingin mengukir kenanganku disini.
Memang sedikit terlambat untuk menuliskan, ini tentang doa-doa orang tuaku, doaku, keluargaku, sahabat-sahabatku.
3 Desember 2015 lalu, aku telah resmi diwisuda untuk kedua kalinya. Puji syukur aku ucapkan atas nikmat terinda yang Allah berikan kepadaku. Aku bisa melihat senyum bahagia kedua orang tuaku, setelah sempat aku membuat mereka bersedih karena kawatir terhadapku. Rona bahagia mereka benar2 aku rasa.
Ya Allah terima kasi atas kesempatan yang telah Engkau berikan kepadaku. Semoga dengan apa yang Engkau titipkan untukku, aku bisa amanah, dan bermanfaat untuk sesama.
Untuk ibu dan bapakku, bahagiaku sunggu luarbiasa. Aku berterima kasih kepada Allah yang telah menghadirkanku ditengah2 kalian. Ibu bapakku, aku berterimakasih tak terhingga telah engkau sekolahkan aku sampai aku menyelesaikan ini. Semoga aku bisa terus membahagiakan kalian, dan berguna untuk semua. 
 Foto ini diambil saat setelah yudisium Fakultas Pertanian tepatnya sebelum diwisuda. jadi belum dapet ijazah dr Rektor Unsri Bpk Anis Shaggaf 

 Karena cuma bisa didampingi satu orang, maka Ayahlah yg menjadi saksi pemindahan kucir kedua dengan gelar M.Si ku..

 Bahagianya saat aku bisa melihat kalian semua bahagia, semoga kelak terus bisa membuat kalian bahagia aammiin

 My Beloved sister, adik keduaku Aulia Rahmi, S.Pd makasih atas support yang tak bisa dinilai dengan apapun. Semoga kita bisa berbakti untuk kebahagiaan orang tua kita. Sedih pas disini adikku Tri Novisafitri tak bisa ikut karena sedang ujian sekolah

Terima kasih tulusku untuk keluargaku

Jumat, 16 Januari 2015

Jalan pun memiliki tikungan dan kerikil untuk selalu menemaninya

17 January 2015

Assalamua'alikum wr.wb.

Alhamdulillah pagi ini saya memiliki waktu yang bisa menggerakkan saya menuliskan sedikit kata-kata pada blog saya. Saya ingin menuliskan perjuangan menggapai cita-cita. Jujur saja, saya adalah orang yang sebetulnya kurang memahami keingan saya untuk menjadi apa saya kelak. Sebenarnya saya adalah orang yang mengikuti alur, atau bisa juga disebut beruntung. Orang tua saya memang bukanlah orang kaya, atau pejabat atau yang bekerja diinstansi pemerintahan. Orang tua saya adalah seorang petani, dan ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga yang berpenghasilan dari jualan/warung kecil. Tetapi alhamdulillah, meskipun mereka bukanlah orang yang memiliki pendidikan yang tinggi hanya sebatas SMA memiliki memiliki cita-cita yang begitu besar kepada anak-anaknya. Berharap anak-anaknya dapat merasakan pendidikan yang tinggi, yang kelak dapat memiliki pekerjaan yang layak untuk hidup kami. Menurut mereka hanya dengan ilmu ini lah mereka bisa memberikan bekal, jika kelak kami dewasa mereka berharap ilmu inilah yang dapat kami gnakan sebagai bekal hidup. Sungguh mulia sekali harapan mereka, dan saya rasa setiap orang tua yang ada di dunia ini juga akan memiliki cita-cita yang sama dengan orang tua saya. Tak banyak rintangan saya bisa menjajaki dunia pendidikan ini. Saya dan adik saya saat ini mampu menyelesaikan tanggung jawab kami untuk lulus dari pendidikan S1 kami. Meskipun, ditengah perjalanan kami meniti itu memang tak semulus jalan tol. Kendala yang tak lain memanglah masalah ekonomi. Menurut orang tua kami, memang tanggung jawab mereka untuk masala itu, tetapi sebagai seorang anak kami selalu merasa kasihan kepada mereka. apalagi kami tiga bersaudara, saya dan adik kedua saya menyelesaikan S1 di tempat yang berbeda dan hal ini lah yang membuat biaya hidup lebih besar. Kami selalu ingat pesan orang tua kami meraka selalu berpesan kalau masih belajar maka harus sanggup "Hidup prihatin". Kami memang tak pernah diajarkan untuk hidup manja, kami juga menyadari betapa bersusah payahnya kedua orang tua kami menbanting tulang untuk mencari nafkah biaya untuk sekolah kami. Alhamdulillah Allah SWT selalu memberikan rezekinya dan karunianya kepada kami. Meskipun kami selalu merasa bersedih melihat kerja keras orang tua kami yang tak pernah mengenal lelah, panas, hujan, dan terik matahari. Terkadang yang membuat kami begitu ingin menangis dan menjerit adalah ketika mereka jatuh sakit tetapi mereka selalu menutupi keadaan itu dari kami. Inilah yang membuat saya termotivasi untuk hidup yang lebih baik, berharap kelak jerih payah mereka bisa kami ganti senyum dan kebahagiaan di hari tua mereka aammiin, semoga Allah SWT ijabah doa kami. 

Sampai detik ini saya pribadi belum bisa membahagiakan mereka. Saya yang masih melanjutkan pendidikan masih saja menyusahkan mereka. Seharusnya disaat mereka seperti ini saya sudah bisa memberikan sedikit senyuman kepada mereka, karena menurut saya semua yang mereka korbankan untuk kami tak kan cukup kami menggantikannya. Ibu, Ayah.....saya memang anak yang tak pernah mengucapkan kata-kata sayang saya dihadapan kalian. Tapi perlu Ibu dan Ayah tahu, saya begitu menyayangi kalian. Sampai detik ini dalam benak saya tujuan hidup saya adalah membahagiakan kalian. Tak pernah terlintas sedikit pun dalam benak saya untuk melakukan hal-hal yang membuat kalian kecewa. Saya tahu betapa sayangnya juga kalian terhadap kami. Saya tahu Ibu, Ayah..dalam setiap sujud dan doa kalian tak pernah kaliam lupa memanjatkan doa untuk kami. Kekuatan ini lah yang membuat saya terus bertahan Ibu, Ayah...Keluarga menurut saya adalah segalanya. Sampai saya menjadi seorang yang penakut. Penakut dalam artian saya selalu berpikir apakah yang akan saya lakukan akan membuat kalian kecewa, jika iya saya akan memilih untuk melupakan itu. Ayah, Ibu jika anak perempuan seumur saya bersuka cita bercerita tentang lelaki pilihan hatinya untuk yang ke sekian kalinya, tetapi saya tidak itu karena saya tidak ingin dahulu memiliki teman lelaki di hati. saya akan tetap mengutamakan tujuan hidup saya yaitu kebahagiaan kalian. Saya begitu banyak berhutang budi, saya benar-benar ingin melihat kalian tersenyum bahagia, duduk manis di hari tua menikmati hasil panen yang telah kalian tanam dalam bertahun-tahun atau bahkan dalam seumur hidup saya Ibu, ayah...

Ibu dan ayah maafkan saya sebagai anak perempuan pertama kalian yang belum bisa memberikan apapun. Maafkan saya jika minggu-minggu ini dalam hati saya goyah untuk tujuan saya. Maaf kan saya karena sempat terbesit untuk menghentikan langkah ini sampai pendidikan ini selesai. Padahal jika saya menengok kebelakan, betapa susah payahnya engkau membiayai saya sampai saya pada tahap ini. Hanya untuk satu tahap lagi, saya terbesit untuk menyerah...Saya sadar betapa bodohnya saya. Saya sadar betapa egoisnya saya. Betapa pengecutnya saya, betapa lemahnya saya, betapa kurang bersyukurnya saya diberikan nikmat ini. Ingin mencapai puncak gunungpun harus mendaki dengan penuh kesabaran, dengan penuh kehati-hatian agar tak tergelincir untuk jatuh kebawah lagi, untuk tidak jatuh pada setiap curam-curam tajam itu. Maafkan saya Ibu, Ayah...jika sedikit cobaan ini membuat saya mengeluh bagaimana dengan kalian yang tak pernah mengenal lelah untuk saya, saya tahu kalian pasti lelah tetapi kalian tak akan pernah mengucapkan hal itu di depan saya. Jika Allah masih memberikan ujiannya saat ini kepada saya itu karena Allah masih sayang kepada saya. Saya baru menyadari itu, dan saya yakin bahwa Allah tidak akan menguji hambaNya di luar batas kemampuannya. 

Puncak gunung itu memang tinggi. Jika ingim sampai disana maka harus mendaki. Jika kita mendaki maka saat kita mencapai puncaknya maka akan begitu terasa kebahagian yang luar biasa dari perjuangan kita mendaki. Lelah, berjuang, dan perasaan apapun akan tergantikan dan terbayar jika kita sudah mencapai puncak itu. Sulit memang, mendaki memang butuh kesabaran dan kebulatan tekad. bahkan di tengah-tengah perjalanan kita akan merasa lelah. Tetapi dengan kebulatan tekat maka insya allah semua akan terlewati, karena jalan kerikil dan jalan-jalan terjal hanyalah proses yang harus dilewati untuk kita bisa mencapai puncak gunung. Jika kita sudah sampai pada puncak itu yang terlihat akan ada pemandangan yang indah, kesyukuran atas nikamat Allah yang begitu besar, dan jalan terjal dan curam di belakang akan mengingatkan kita usaha keras untuk  sampai disini dan mengingatkan kita untuk terus berhati-hati dan bersyukur.

Puncak gunungpun sama halnya dengan ujung jalan. Ujung jalan itu terdapat kedua orang tua yang selalu melambaikan tangannnya agar kita bisa sampai pada ujung jalan itu. Meskipun sulit, terkadang harus tertatih, lelah dan bahkan jatuh karena lari ingin sampai disana dan bahkan tergelincir oleh kerikil-kerikil, itu lah tempaan yang kuat agar kita bisa menjadi manusia yang kuat. Manusia yang tak mengenal putus asa, dan lelah. Jika saya lelah saya akan melihat lambaian orang tua saya, maka saya akan merangkak dan mencoba kembali bangkit. Mengumpulkan kekuatan untuk kembali tegak dan berlari. Untuk menggapai tangan kedua orang tua saya, untuk kembali dalam pelukan bahagia mereka. Untuk melihat betapa senang dan bahagianya mereka. Untuk melihat kerut mata dan uban mereka, karena begitu kerasnya mereka bekerja untuk kami. Ya Allah yang Maha pemberi Hidup dan karunia, limpahkan kepada keluarga ku selalu kesehatan, kebahagian dunia dan akhirat, dan lindungilah kammi dari segala mara bahaya, siksa kubur, fitnah, dan penyakit hati. Ya Allah ijinkanlah kami menjadi anak-anak yang berbakti kepada kedua orang tua kami, bangsa, dan agama dan jadikanlah kami anak-anak yang bermanfaat untuk sesama. Aaamiiiin yaa robbalalamiin.
Ini adalah hari wisudaku menempuh Sarjana Pertanian, terbayang bahagianya mereka saat itu. Meskipun itu tidak sebanding dengan pengorbanan mereka untuk saya.

Ini foto diambil saat adik kedua saya menyelesaikan Sarjana Pendidikan dibidang Geografinya. Semoga kelak dengan bekal ilmu kami bisa berbakti kepada kedua orang tua kami dan memberikan kebahagiaan aamiin
Foto ini diambil pada saat lebaran idul fitri tahun 2014 kemarin 

Sekarang menunggu foto wisuda ke-2, insya allah sebentar lagi, dengan segala pertolongan Allah SWT, aamiin. Dan menunggu hari bahagia saat kami mampu menyisihkan hasil kerja keras kami untuk tabungan mereka, aaamiiin. Semoga tetap selalu istiqomah dg niat ini. dan menjadi anak yang selalu berbakti kepada kedua orang tua kami aamiin.

By: Me_anandamu Ayah, Ibu
Love You always

Jumat, 26 Desember 2014

Kisah sahabat yang unik,

Setiap orang pasti akan memiliki sahabat. Entah itu sahabat baik, atau sahabat biasa yang hanya sekedar bertegur sapa. Kebanyakan dari kita pasti akan memiliki sahabat baik, mungkin saja sahabat baik ini hanya beberapa atau segelintir orang saja dari beberapa sahabat kita yang ada sehari-harinya.

Sahabat baik itu luas definisinya, bisa saja orang yang mengerti kita, memahami kita, tertawa bersama kita, bersedih bersama kita, bertengkar atau sering berdebat dengan kita, berjuang bersama kita, atau yang selalu menyemangati kita meski jarak yang jauh yang selalu mendoakan kita, yang semuanya akan menjadi unik dan menjadi cerita indah untuk dikenang.

uniknya, setiap kita berdebat dengan mereka, kita bisa saja menjadi orang yang sangat labil, terkadang berubah mengalah dan terkadang mnjadi egois atau bahkan sangat menjadi aneh,,,:D